Manulangi Natuatua
Kejadian kira-kira dua minggu lalu, ada acara keluarga yang diadakan tepatnya di Bogor, di rumah saudara. Acara ini tergolong unik karena dari serangkaian acara yang saya ikutin ada hal yang membuat saya berpikir lebih dalam lagi tentang pentingnya rasa bersyukur dan rasa hormat kita kepada orang tua, sekaligus bagaimana rasa berterimakasih kepada orang tua yang melahirkan kita. Kejadian ini terjadi dilingkungan saya, yang berarti lingkungan yang berdasarkan adat atau tempat saya dibesarkan, yaitu adat Batak. Acaranya kalau di adat batak namanya manulangi natua-tua yang kalau diterjemahkan dalam bahasa indonesia mengandung pengertian sebuah ucapan terimakasih anak kepada orang tua yang dilakukan dengan cara memberi makan ataupun menyuapi orangtua. Yang bikin kejadian ini menjadi unik dapat saya simpulkan kental atau masih dalamnya kepercayaan orang Batak terhadap nilai-nilai yang terkandung dari adat leluhur atau nenek moyang dari batak tersebut. Disamping itu juga acara ini punya aturan khusus, semua anggota keluarga harus setuju, dari yang terbesar sampai terkecil, sulung sampai bungsu untuk semua anggota yang nantinya setiap orang secara bergantian meminta berkat dan ucapan terima kasih kepada orangtua.
Manulangi Natua-Tua merupakan sebuah upacara adat masyarakat Batak yakni memberi makan kepada orangtua. Upac ara ini khusus dilakukan kepada orangtua ketika mereka sudah menginjak masa tua. Selain itu, upacara ini biasanya juga dilakukan ketika orangtua tersebut sudah memasuki masa kritis (mendekati kematian).Upacara manulangi natua-tua ini hanya dapat dilakukan jika orangtua tersebut sudah memiliki cucu.Umumnya, upacara adat ini dilakukan oleh masyarakat yang berada di daerah perantauan.
Kegiatan masyarakat Batak di dalam tatanan adat dan budaya adalah benar-benar bagian dari hidup dan kehidupan mereka. Kegiatan tersebut dilakukan dengan tetap memikirkan dan berlandaskan pada kelayakan dalam kewajaran yang berpedoman pada adat dan kebiasaan masyarakat. Kegiatan tersebut (tradisi dan upacara adat) di dalam kehidupan masyarakat Batak dianggap memiliki makna dan diyakini oleh mereka yang melakukannya. Dari sekian banyak kegiatan upacara dan acara adat Batak, yang masih sering dilaksanakan ialah manulangi (menyuapi atau memberi makan). Upacara manulangi ini dapat terjadi dalam beberapa konteks peristiwa. Misalnya, seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Contoh lainnya ketika seorang wanita sudah lama tidak melahirkan satu anak pun, pergi beserta suami dan para kerabat ke rumah orangtuanya untuk manulangi dengan tujuan supaya ia diberkati dan melahirkan anak. Upacara adat manulangi ini juga dapat dilakukan kepada seorang ayah atau ibu yang sudah tua (manulangi natua-tua) untuk memohon atau meminta berkat darinya.
Video dibawah ini salah satu acara manulangi natua-tua dari cucu (pahompu).
Pertama-tama, perlu dibicarakan dan diambil kesepakatan dari setiap anak, perihal kapan upacara tersebut akan dilakukan. Upacara baru dapat dilaksanakan, ketika telah dihasilkan kesepakatan bersama dari setiap anak dan semua anak berserta cucu-cucunya berkumpul di rumah orangtua. Pada hari pelaksanaan, semua keturunan dari orangtua ini akan memberikan suapan. Suapan dilakukan secara berurut, mulai dari anak laki-laki paling tua beserta isterinya sampai kepada anak laki-laki paling muda beserta isterinya, dilanjutkan dengan cucu tertua dari anak laki-laki paling tua sampai cucu termuda dari anak laki-laki paling muda, dilanjutkan lagi dengan anak perempuan paling tua beserta suami sampai anak perempuan paling muda, dan terakhir dilanjutkan dengan cucu tertua dari anak perempuan paling tua sampai cucu terakhir dari anak perempuan yang paling muda. Setiap anak akan menyuapi makanan kepada orangtua tersebut sebanyak tiga kali dengan diiringi kata-kata kasih sayang.Terkadang, dalam pelaksanaan upacara ini, digandengkan pula dengan pembagian harta warisan secara paruma tano, paruma gogo (artinya: harta warisan sudah dibagi, tetapi hasilnya masih tetap di tangan orang tua semasa hidupnya) dari orang tua kepada anak-anaknya.[1]. Biasanya, khusus untuk hal ini, acara pembagian warisan tersebut dilakukan terlebih dahulu secara intern dengan wasiat tertulis, dan hanya dihadiri oleh kerabat dekat sebagai saksi sebelum upacara manulangi natua-tua dilaksanakan.
Sebagai maknanya upacara Manulangi Natua-Tua, yang dilakukan dengan memberi makanan, yang masih bisa dinikmati dengan enak dan puas kepada sang orangtua, dimaksudkan sebagai upaya memberi dorongan moral bagi orangtua yang sudah cukup tua. Upacara ini dapat juga dimaksudkan agar penyakit dan bencana menjauh dari orangtua. Bagi para anak dan cucu, upacara ini menjadi kesempatan, yang mana mereka dapat menikmati berkat yang terpancar dari sang orangtua.
0 komentar:
Posting Komentar